Setiap malam aku mengulang hari pagi sampai sore tadi,
Kesalahan selalu saja terjadi
Seharusnya memang tak ada yang perlu disesali
Niat ingin berubah berganti menjadi ingin menyudahi
Aku ingin keluar dari segala masalah
Aku ingin tak ada lagi sesak setiap malam menjelang
Jika waktu bisa ku putar ulang, aku ingin menyelesaikan semua dengan hilang
Jika waktu bisa ku hentikan, aku ingin diantara mereka berdua tak pernah ada pertemuan
Semua akan baik baik saja tanpa aku,
Jika diberi satu permohonan, aku hanya memohon agar bisa selalu dekat denganMu, agar hilang semua rasa gundah resah dan gelisah.
Jika diberi satu permintaan, aku hanya meminta agar aku bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Nyatanya, semua hanya jika.
Aku adalah aku, yang tercipta karena pertemuan mereka.
Yang tumbuh bersama perpisahan mereka.
Aku adalah aku, Yang sulit untuk berubah menjadi lebih baik.
Yang terus saja merepotkan orang lain.
Aku.. Maaf,
BlackDust
Jumat, 16 Juni 2017
Jumat, 09 Desember 2016
Rindu
Ketika kata tak lagi terucap
Ketika suara tak lagi terdengar
Kemudian air mata yang bicara
Kemudian isakan yang menggema
Bukan penyesalan
Memang ada pembalasan
Bukan kecewa
Memang ada sebuah karma
Hati yang kemudian letih
Mimpi yang kemudian mati
Permainan macam apa lagi ini?
Senda gurau macam apa lagi ini?
Lelucon yang tak lucu
Hiburan yang berbuah sendu
Diri yang terus terpaku
Tuhan, aku rindu..
Ketika suara tak lagi terdengar
Kemudian air mata yang bicara
Kemudian isakan yang menggema
Bukan penyesalan
Memang ada pembalasan
Bukan kecewa
Memang ada sebuah karma
Hati yang kemudian letih
Mimpi yang kemudian mati
Permainan macam apa lagi ini?
Senda gurau macam apa lagi ini?
Lelucon yang tak lucu
Hiburan yang berbuah sendu
Diri yang terus terpaku
Tuhan, aku rindu..
Senin, 26 September 2016
Ketika
Ketika apa yang kau harapkan
Tak bisa kau dapatkan
Ketika apa yang kau inginkan
Tak pernah ada dihadapan
Ketika apa yang kau benci
Malah selalu terjadi
Ketika apa yang kau hindari
Malah terus menghampiri
Berlari,
Kemana harus berlari?
Mencari,
Kemana harus mencari?
Jati diri
Salah arah,
Salah jalan,
Tersesat kah?
Terjebak dalam pikiran
Terus melangkah
Melihat ke depan
Gelap.
Kemudian diam,
Dimana pintu keluarnya?
Tak bisa kau dapatkan
Ketika apa yang kau inginkan
Tak pernah ada dihadapan
Ketika apa yang kau benci
Malah selalu terjadi
Ketika apa yang kau hindari
Malah terus menghampiri
Berlari,
Kemana harus berlari?
Mencari,
Kemana harus mencari?
Jati diri
Salah arah,
Salah jalan,
Tersesat kah?
Terjebak dalam pikiran
Terus melangkah
Melihat ke depan
Gelap.
Kemudian diam,
Dimana pintu keluarnya?
Jumat, 26 Agustus 2016
Bolehkah
Bolehkah ku katakan rindu?
Aku teringat tawa canda kita dulu
Boleh kau katakan ku merayu,
Memori dan kenangan kian membisu
Aku kalian, kita pernah satu
Pergi menjauh satu per satu
Bukan tak saling menunggu
Bukan menyalahkan waktu
Memang seharusnya berlalu
Sahabat,
Aku tak minta kita untuk terus merapat
Maaf aku tak hadir saat kau jatuh,
Akupun paham kau tak ada saat ku rapuh
Jangan lupakan,
Waktu kan terus berjalan
Memang begitulah pertemuan
Sudah seharusnya juga ada perpisahan
Aku teringat tawa canda kita dulu
Boleh kau katakan ku merayu,
Memori dan kenangan kian membisu
Aku kalian, kita pernah satu
Pergi menjauh satu per satu
Bukan tak saling menunggu
Bukan menyalahkan waktu
Memang seharusnya berlalu
Sahabat,
Aku tak minta kita untuk terus merapat
Maaf aku tak hadir saat kau jatuh,
Akupun paham kau tak ada saat ku rapuh
Jangan lupakan,
Waktu kan terus berjalan
Memang begitulah pertemuan
Sudah seharusnya juga ada perpisahan
Sabtu, 10 Oktober 2015
Aku
Aku takut pada sesuatu yang bahkan aku tidak tahu.
Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Ketika aku berada pada titik terendah, aku hanya ingin pulang.
Pulang.
Pulang entah kemana yang ku maksud.
Entah rumah apa yang ku maksud.
Aku sendiri pun tak mengerti.
Situasi yang mengerikan, sungguh.
Aku mau pulang.
Hanya itu, untuk saat ini.
Sesak.
Sesak.
Perih.
Aku sesak, untuk bernapas aku sesak.
Aku mau pulang.
Memang benar, nasib terbaik adalah saat kau tidak pernah terlahir.
Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Ketika aku berada pada titik terendah, aku hanya ingin pulang.
Pulang.
Pulang entah kemana yang ku maksud.
Entah rumah apa yang ku maksud.
Aku sendiri pun tak mengerti.
Situasi yang mengerikan, sungguh.
Aku mau pulang.
Hanya itu, untuk saat ini.
Sesak.
Sesak.
Perih.
Aku sesak, untuk bernapas aku sesak.
Aku mau pulang.
Memang benar, nasib terbaik adalah saat kau tidak pernah terlahir.
Selasa, 06 Oktober 2015
Pertama
Pertama bukan berarti utama.
Pertama bukan berarti prioritas.
Pertama bukan berarti berharga.
Pertama bukan berarti yang terbaik.
Itulah gagasan yang dia pikirkan saat ini. Gagasan? Mungkin lebih tepat di bilang kenyataan. Ya, itulah yang dia hadapi.
Pertama sangat dekat dengan angka satu. Bahkan serupa. Namun baginya, menjadi pertama tidak akan selalu dinomer satu-kan dan tidak akan menjadi satu-satunya.
Pertama, itulah alasan kenapa terakhir tercipta. Apakah pertama merupakan sesuatu yang tak akan terlupakan?
Lalu, Mengapa pertama dapat hilang karena adanya terakhir? -Mungkin bukan hilang. Ya, pertama bisa meninggalkan sesuatu yang bernama kenangan saat terakhir itu datang.-
Dia tertawa sejenak,
Siapa yang akan berpikir bodoh tentang pertama? bahkan hingga memikirkan terakhir. Tawanya hambar. Tawa yang terlihat tidak bahagia. Tidak bersedih dan tidak mengejek. Matanya menatap lurus dan tertuju pada satu objek di depannya. Dimana posisinya sekarang? Dalam hati dia terus bertanya berharap akan ada jawaban dari dalam dirinya sendiri, padahal wajahnya tidak nampak seperti sedang berpikir.
Bagaimana dia bisa sangat bodoh seperti ini? Berperang argumen, pertanyaan dan pernyataan saling bersahutan dalam dirinya sendiri. Dan nyatanya itu tidak berarti sama sekali.
Dia melenguh pelan dan bergegas bangkit dari tempat yang sudah dia duduki sejak satu jam lalu.
Sampai kapan harus seperti ini?
Tidak akan ada yang mengerti, bahkan dirinya sendiri.
Cukup ini yang menjadi pertama baginya.
Pertama bukan berarti prioritas.
Pertama bukan berarti berharga.
Pertama bukan berarti yang terbaik.
Itulah gagasan yang dia pikirkan saat ini. Gagasan? Mungkin lebih tepat di bilang kenyataan. Ya, itulah yang dia hadapi.
Pertama sangat dekat dengan angka satu. Bahkan serupa. Namun baginya, menjadi pertama tidak akan selalu dinomer satu-kan dan tidak akan menjadi satu-satunya.
Pertama, itulah alasan kenapa terakhir tercipta. Apakah pertama merupakan sesuatu yang tak akan terlupakan?
Lalu, Mengapa pertama dapat hilang karena adanya terakhir? -Mungkin bukan hilang. Ya, pertama bisa meninggalkan sesuatu yang bernama kenangan saat terakhir itu datang.-
Dia tertawa sejenak,
Siapa yang akan berpikir bodoh tentang pertama? bahkan hingga memikirkan terakhir. Tawanya hambar. Tawa yang terlihat tidak bahagia. Tidak bersedih dan tidak mengejek. Matanya menatap lurus dan tertuju pada satu objek di depannya. Dimana posisinya sekarang? Dalam hati dia terus bertanya berharap akan ada jawaban dari dalam dirinya sendiri, padahal wajahnya tidak nampak seperti sedang berpikir.
Bagaimana dia bisa sangat bodoh seperti ini? Berperang argumen, pertanyaan dan pernyataan saling bersahutan dalam dirinya sendiri. Dan nyatanya itu tidak berarti sama sekali.
Dia melenguh pelan dan bergegas bangkit dari tempat yang sudah dia duduki sejak satu jam lalu.
Sampai kapan harus seperti ini?
Tidak akan ada yang mengerti, bahkan dirinya sendiri.
Cukup ini yang menjadi pertama baginya.
Kamis, 18 Juni 2015
Hai
Hai
Terkadang aku bingung ingin menuangkan apa pada laman laman ini.
Segala pikiran dan perasaan yang tak pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Blog ini tidak penting. Tidak bermanfaat. Tidak membuat kalian pintar, cakep apalagi kaya. Jangan dibaca! *ala The Comment*
Menulislah apa yang ingin kalian tulis, bukan menulis apa yang orang lain ingin baca. Berbagilah apapun yang ingin kalian bagikan, bukan berbagi karena ingin mendapatkan lebih.
********************
Terkadang aku bingung ingin menuangkan apa pada laman laman ini.
Segala pikiran dan perasaan yang tak pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Blog ini tidak penting. Tidak bermanfaat. Tidak membuat kalian pintar, cakep apalagi kaya. Jangan dibaca! *ala The Comment*
Menulislah apa yang ingin kalian tulis, bukan menulis apa yang orang lain ingin baca. Berbagilah apapun yang ingin kalian bagikan, bukan berbagi karena ingin mendapatkan lebih.
********************
Twitter.com/rahma_nurfauzia
Instagram.com/rahma_nurfauziaw
Wattpad.com/user/rahma_nurfauzia
Ask.fm/justrahma21
Langganan:
Postingan (Atom)